Gemparkan Tentara Jepang, Inilah Karomah Kiai Jalil Tulungagung
aldanpost - Gemparkan Tentara Jepang, Inilah Karomah Kiai Jalil Tulungagung! Bicara mengenai kemerdekaan Indonesia, memang sering kali membuat kita teringat akan penjajahan Belanda. Usai sudah dijajah oleh Belanda, Indonesia malah diserang oleh Jepang. Banyak sekali para prajurit asal Indonesia yang meninggal di Medan perang.
Di
antara para tentara Indonesia yang gugur di Medan perang telah kita kenal
namanya. Seperti Budi Utomo, Jendral Soedirman, Pangeran Pattimura, dan lain
sebagainya. Namun, tahukah Anda jika ternyata ada tokoh agama lain yang bernama
Kiai Jalil Tulungagung? Meskipun tidak begitu dikenal, berikut ini kisah beliau
melawan Jepang.
![]() |
Kiai Jalil Tulungagung |
Karomah Kiai Jalil Tulungagung yang Menakjubkan
Profil Kiai Jalil Tulungagung
Sebelum mengenal karomah Kiai Jalil Tulungagung,
baiknya Anda kenali dulu siapa tokoh yang kami maksud. Pernahkah Anda mendengar
nama Kiai Haji Mustaqim bin Muhammad Husain? Jika belum pernah, maka baiknya
Anda kenalan dulu. Ia adalah seorang Mursyid yang dikenal dengan sebutan
mursyidnya tarekat Syadziliyah, Ayahanda Kiai Jalil.
Menurut beberapa sumber, tarekat tersebut memiliki sumber
langsung dari seorang Abu Al Hasan Al Syadzili. Beliau berasal dari daerah
Tunisia, tepatnya di Afrika bagian Utara. Sal kelahirannya adalah sebuah desa
kecil bernama Cangkring di kecamatan Keras, kabupaten Kediri.
Perlu Anda ketahui, bahwa karomah Kiai Jalil tidak
lepas dari keturunan keluarga beragama yang sangat kental ajarannya. Beliau
adalah salah seorang penyiar agama di masanya yang wafat dan dimakamkan di
daerah Ciamis, Jawa Barat. Karena beliau adalah salah seorang keturunan dari
Ulama besar, sejak masih kecil saja sudah terlihat jiwa keagamaannya.
Tidak heran lagi saat usianya menginjak 12 tahun, anak-anak
kebanyakan pastinya akan bermain dengan senang. Lain halnya beliau yang justru
menghabiskan usianya untuk belajar ilmu agama dan melancarkan bacaan
Al-qur'annya pada Kiai Zarkasyi Tulungagung. Kiai Jalil Tulungagung juga
dikenal sebagai sosok yang tidak pernah melepas amalan dzikirnya sejak usianya
masih muda.
Bukan hanya itu saja, karena kebiasaan baiknya itulah
melahirkan sesuatu yang baru dan tidak bisa dilihat oleh orang lain. Ya, beliau
mampu melihat sesuatu yang ghaib. Mungkin Anda pernah mendengar kata PETA saat
mengingat masa penjajahan Jepang? Ternyata itu adalah salah satu pondok
pesantren yang didirikan oleh Kiai Jalil Tulungagung.
Pondok pesantren itu kerap kali disebut sebagai Pondok
Pesantren Pesulukan Tarekat Agung. Ponpes ini didirikan pada tahun 1930 dan
dikenal sebagai ajaran kitab kuningnya. Mungkin kedengaran sangat berbeda
dengan pondok pesantren pada umumnya. Namun, ajaran lain yang sangat terkenal
dengan jalan menuju Tuhan secara spiritual juga diajarkan di sini.
Namanya adalah ilmu suluk. Pada setiap santri yang akan
melakukan baiat dan menyatakan sebagai pengikut tarekat Syadziliyah harus
menyelesaikan kewajibannya sebagai pemilik ilmu dan harus menanggalkan ilmu
kesaktiannya itu. Dalam baiat ini juga ada persyaratan khusus yang wajib
dilampaui. Demikian pula Kiai Jalil ini.
Karomah Kiai J. Tulungagung
Berbicara tentang penjelasan karomah beliau, ternyata banyak
sekali orang yang telah mengenalnya. Karomah beliau Allah turunkan saat menolak
perintah untuk membungkuk hingga 90° untuk memberi hormat kepada seorang Kaisar
Jepang bernama Tenjo Heika. Seperti yang telah kita tahu, bahwa beliau adalah
orang yang sangat kental dalam beragama.
Sudah mendapat keturunan ulama besar, belajar sebagai santri
pula. Tidak diragukan lagi, Kiai Jalil Tulungagung sangat menolak keras
perintah memberi hormat dengan formasi seperti sujud. Beliau meyakini dengan
hal seperti itu sama halnya menyekutukan Allah, yakni di mana bukankah tiada
Tuhan Selain Allah?
Sebagai hukumannya, beliau akhirnya dimasukan ke dalam
penjara, tepatnya bui. Namun, siapa sangka jika ternyata beliau bertemu dengan
K.H Hasyim Asy'ari. Di sana, sama halnya dengan Kisi Jalil, beliau juga menolak
adanya saikerei (memberi hormat 90°) pada kaisar Jepang, Tenjo Heika.
Betapa kejam dan berat siksaan yang diterima oleh Kiai Jalil.
Beliau diluncurkan siksaaan yang tak kunjung henti dan lebih parahnya lagi,
tubuhnya dijepit dengan balok es. Bukankah itu sangat kejam dan dingin? Hal
yang lebih kejam terjadi pada beliau yang pernah dilempar dari ketinggian 10
meter.
Bukan hanya itu saja, mungkin jika Anda hidup di zaman itu
dan menyaksikannya akan menangis. Beliau pernah disumpal segala lubang yang ada
di tubuhnya, kecuali lubang hidung. Hal yang lebih menjijikan terjadi pada saat
satu-satunya lubang hidung yang tidak disumpal itu justru malah dimasuki selang
dan dipompanya udara.
Tentu saja tubuh Kiai Jalil Tulungagung langsung
terisi udara, terutama perutnya. Tentara Jepang memompanya hingga perut
menggembung. Setelah itu mereka menginjaknya ramai-ramai. Bukankah itu hal yang
sangat keji? Naasnya, ternyata penyiksaan seperti ini sudah biasa dilakukan
oleh mereka kepada tawanan Jepang.
Cerita ajaibnya dimulai pada saat selang tersebut masuk
hidung dan keluar melalui sabuk lawas yang kerap disebut othok. Sabuk tersebut
selalu digunakan oleh beliau. Sehingga kabar baiknya beliau pun akhirnya
selamat. Mayoritas orang meyakini bahwa beliau telah melantunkan doa dan tentu
saja telah diijabah.
Namun, kabarnya pada saat itu juga pandangan para tentara
Jepang menjadi kabur. Hal ini semakin menguatkan keselamatan Kiai Jalil. Beliau
pun akhirnya bisa mengamalkan ilmunya bagi mayoritas umat hingga zaman
kemerdekaan tiba. Beliau wafat pada tahun 2005 dan putranya yang meneruskan
perjuangannya.
Dari masa perjuangan itu, Kiai Jalil menjadi dikenal dengan
sebutan kharisma besar. Pada akhirnya beberapa ilmu yang diamalkannya pun kerap
dibagikan kepada banyak orang. Baginya, mengamalkan ilmu tarekat sebenarnya
tidak menjadi masalah jika tidak menjauhi kehidupan duniawi secara lahiriyah.
Beliau juga mengungkapkan bahwa makna dari Zuhud yang
sebenarnya merupakan menempatkan Allah di hati sebagai hal yang utama dan
melepas pikiran lainnya selain kepada Allah. Kiai Jalil Tulungagung pun
mengungkapkan bahwa kegiatan seperti
halnya sholat lima waktu, bekerja juga termasuk dalam tarekat.
Dalam pendidikan di pondok pesantren beliau, para santri
diajari bagaimana berusaha dan berjuang dalam hal ekonomi. Hal ini membuktikan
adanya keseimbangan hidup di dunia dan di akhirat. Meskipun beliau telah wafat,
namun perkembangan pondok pesantrennya kini masih hidup dan masih dikenal
dengan sebutan PETA.
Bahkan santrinya pun semakin banyak. Mereka tidak hanya
berasal dari daerah pulau Jawa saja, melainkan juga dari luar pulau. Selain
itu, ada pula mayoritas santri yang berasal dari luar Indonesia seperti halnya
Malaysia dan Brunei Darussalam, serta pada saat acara khaul Kiai Jalil semakin
kelihatan adanya santri luar negri.
Sejak saat itu, kisah Kiai Jalil Tulungagung semakin
dikenang hingga saat ini. Selain sebagai ulama besar, beliau juga salah satu
orang yang berjuang bersama tentara lainnya untuk memerdekakan bangsa
Indonesia.
Posting Komentar untuk "Gemparkan Tentara Jepang, Inilah Karomah Kiai Jalil Tulungagung"