Riwayat kehidupan Syekh Nawawi al-Bantani
aldanpost - Riwayat kehidupan Syekh Nawawi al-Bantani-Tokoh ulama yang satu ini adalah salah satu ulama Nusantara yang sangat karismatik dan berjasa sangat besar dalam penyebaran islam. Ia dilahirkan di Desa Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten, Jawa Barat. Hasil karyanya yang sangat banyak menjadi rujukan utama dari berbagai pesantren di Tanah Air, bahkan juga di luar negeri, dari dahulu hingga masa kini.
Kehidupannya yang syarat akan
karomah membuatnya banyak dicintai dan dikagumi oleh umatnya. Kehidupannya yang
unik dan juga sangat menakjubkan membuat kita kagum akan berbagai mukjizat yang
dimilikinya. Kerendahan hati dan juga keteladanannya menjadikannya patut kita
contoh. Simaklah ulasan berikut ini mengenai kehidupan dari tokoh ulama
islam ini bisa kita jadikan contoh dan
juga panutan.
![]() |
Syekh Nawawi |
Kehidupan Syekh Nawawi al-Bantani
Sedari kecil, beliau telah diarahkan
oleh ayahnya KH Umar bin Arabi, agar menjadi seorang ulama. Kiai Umar yang bekerja
sebagai penghulu Tanara sehari hari, kemudian menyerahkan Syekh Nawawi kepada KH
Sahal.
Kiai Sahal yaitu adalah ulama terkenal di Banten. Setelah belajar dari
dari Banten, saat muda kemudian melanjutkan
pendidikannya kepada ulama besar Purwakarta, Kiai Yusuf. Disaat berusia 15
tahun, ia dan dua orang saudaranya pergi ke Tanah Suci untuk menjalankan ibadah
haji.Namun , setelah musim haji usai, Ia tidak langsung kembali pulang ke Tanah
Air. Ia memiliki dorongan untuk menimba ilmu yang mengakibatkan ia bertahan di Kota
Suci untuk menuntut ilmu kepada ulama-ulama besar.
Di Mekah yang merupakan kiblat bagi
umat islam sedunia, Syekh Nawawi
berguru kepada Imam Masjid al-Haram Syekh Ahmad Khatib Sambas, Abdul Ghani,
Yusuf Sumbulaweni, Syekh Nahrawi, dan Syekh Ahmad D. Serta Guru-guru yang lainnya,
yaitu adalah Ahmad Zaini Dahlan, Muhammad Khatib Hambali, dan Syekh Abdul Hamid
Daghestani.
Dalam waktu tiga tahun ia menggali ilmu dari ulama-ulama Mekkah.
Setelah merasa bekal ilmunya cukup, kemudian ia kembali pulang ke tanah air. Ia
kemudian mengajar di pesantren ayahnya. Tetapi keadaan tanah Air nampaknya
tidak menguntungkan pengembangan ilmunya.
Ketika itu, Semua ulama Islam
memperoleh tekanan dari penjajah Belanda.Ia tidak menyukai keadaan itu. Lagipula, keinginannya untuk
menimba ilmu di negeri yang telah menarik hatinya sangatlah kuat. Oleh sebab
itu, Syekh Nawawi kembali menimba
ilmu di Tanah Suci.
Masyhur di Tanah Suci
Kecerdasan dan ketekunannya
membuatnya menjadi salah satu murid yang terpandang di Masjid al-Haram. Ketika
Syekh Ahmad Khatib Sambas uzur, Ia dipilih untuk menggantikannya. Dengan nama
panggilan Syekh Nawawi al-Jawi, Ia menjadi Iman di Masjidil Haram. Selain menjadi imam Masjid, ia juga berdakwah, mengajari dan
menyelenggarakan diskusi ilmiah untuk murid-muridnya yang datang dari banyak
negara di belahan dunia.
Snouck Hurgronje, yaitu seorang orientalis
yang mengunjungi Mekkah antara tahun 1884-1885 menyebut rutinitas Syekh Nawawi. Setiap hari, sang syekh
sejak pukul 07.30 hingga 12.00 memberikan materi tiga perkuliahan yang
dibutuhkan olehsejumlah muridnya.
Ada beberapa muridnya yang berasal dari Indonesia,
diantaranyayaitu adalah KH Kholil Bangkalan, KH Asnawi Kudus, KH Tubagus Bakri,
KH Arsyad dari Banten, dan KH Hasyim Asy'ari,Mereka ini yang lalu dari hari ke
harimenjadi ulama-ulama yang populer di
Tanah Air. Sejak 15 tahun sebelum wafatannya, beliau sangat aktif dalam menulis
buku.
Sehingga, ia tidak mempunyai waktu
lagi untuk mengajar Islam. Ia adalah seorang penulis yang sangat produktif dalam melahirkan
kitab-kitab tentang berbagai persoalan agama. Kira-kira ada 34 karya Syekh Nawawiyang tercatat di dalam Dictionary of Arabic Printed Books karya Yusuf Alias Sarkis.
Beberapa kalangan lainnya malah mengatakan karya-karyanya mencapai lebih dari
100 judul.
Syekh
yang satu ini merupakan ulama besar yang
sangat berjasa berasal dari Indonesia yang pernah berada di posisi sebagai Imam Besar di Masjidil Haram. Darah ulama yang dimilikinya, dianugerahkan dari
Ayahandanya, yakni Umar Syekh Arabi yang memang adalah seorang ulama lokal di daerah. Sedangkan ibundanya, Zubaidah adalah seorang ibu rumah
tangga.
Dia dibesarkan bersama tujuh saudaranya.Syekh Nawawi juga masih satu keturunan dan generasi keluarga dengan
raja Kesultanan Banten yang pertama, yaitu Sultan Maulana Hasanuddin, putra
salah satu Wali Songo, yaitu Sunan Gunung Jati.
Saat kecil, Ia mulai pergi ke Arab Saudi saat umurnya masih 15 tahun. Ia
menjalankan ibadah haji dan juga menimba ilmu agama Islam di sana. Semakin dewasa, ilmunya yang makin bertambah diterapkannya untuk mengajar
di Masjidil Haram. Murid-murid yang pernah diajarkannya, namanya juga santer
tumbuh menjadi ulama besar di Indonesia.
Yang termasuk murid Syekh Nawawi
yakni, KH Hasyim Asyari (pendiri NU), KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), KH
Tb Asnawi (Caringin Banten), KH Ilyas (Kragilan Banten), KH Saleh Darat
(Semarang), Thahir Jamalauddin (Singapura), KH Abdul Ghaffar (Tirtayasa
Serang), Abdulkarim Amrullah (Sumatera Barat), KH Asyari (Bawean), Syekhana
Chalil (Bangkalan), KH Najihun
(Tangerang), KH Tb Bakri (Sempur Purwakarta), KH Dawud (Perak Malaysia) dan
sebagainya.
Ia juga tokoh ulama yang menciptakan karya-karya intelektual, yang telah
menuliskan karyanya sekitar 115 kitab,
yang meliputi kitab ilmu fiqih, tafsir, tauhid,tasawuf dan hadis.
Makam Syekh Nawawi Yang Masih Utuh saat Dibongkar
Syekh Nawawi wafat di
usia 84 tahun di Syeib A'li, Mekkah, pada 25 Syawal 1314 H/1879 M.Di Arab Saudi, ada aturan untuk melakukan
pembongkar kuburan yang jika sudah berusia lebih dari setahun. Prosesnya yaitu, tulang
belulang mayat yang adapada kuburan, kemudian dijadikan satu dengan tulang
belulang mayat lainnya.
Sejak kecil beliau telah memperoleh karomah, atau keistimewaan. Dalam
hidupnya selalu di lindungi oleh Allah SWT. Banyak kejadian yang luar biasa dan
juga mukjizat yang terjadi padanya sejak kecil. Sungguh luar biasa kehidupannya
ini. Walaupun ada cobaan tapi selalu Allah SWT menolongnya dan membawanya ke
jalan yang benar.
Hal ini juga dilakukan pada makamnya.
Kuburannya yang sudah
genap setahun saat itu, haruslah dibongkar. Sungguh mengejutkan pihak yang membongkar makam ulama
besar itu, yaitu bahwa, jasad putra daerah Banten itu masih utuh. Saat kuburan
dibongkar, tak ada tanda pembusukan atau lecet sedikit pun pada umumnya. Tidak
ada pula bau busuk atau aroma tidak sedap lainnya yang biasanya ada pada
jenazah. Sesudah dijalankan penelusuran mengenai makam yang sebelumnya, tidak
diketahui bahwa itu adalah makam Syekh
Nawawi.
Kemudian pemerintah kota Arab Saudi pada saat itu menerbitkan larangan
untuk membongkar makam orang luar biasa tersebut. Akhirnya hingga kini makam itu,
masih seperti sediakala di Ma'la Makah. Hingga kini makamnya masih banyak
didatangi para umat islam yang ingin berziarah . Untuk memohon berkah dan juga
mendoakan syekh Nawawi.
Syekh Nawawi juga mempunyai seorang cicit yang belakangan namanya menjadi sorotan
publik, sang cicit adalah KH Ma'ruf Amin.KH Ma'ruf Amir memiliki ikatan darah,
yang ternyata turut mengalirkan sifat keulamaanya. Sama dengan kakek buyutnya
Ma'ruf Amin ikut mengabdi untuk mengamalkan ilmunya dengan mendirikan Pondok
Pesantren An-Nawawi Serang.
Posting Komentar untuk "Riwayat kehidupan Syekh Nawawi al-Bantani"