Sejarah Kyai Hasyim Asyari, Pendiri Jamiyah Terbesar di Indonesia Hingga Kini
aldanpost - Sejarah Kyai Hasyim Asyari, Pendiri Jamiyah Terbesar di Indonesia Hingga Kini – Umat muslim mana yang tak mengenal sosok Kyai besar yang hingga kini pesantren bahkan organisasinya besar di Indonesia. Beliaulah yang bernama Kyai Hasyim Asyari atau bagian belakang namanya disebut Asy’ari atau Ashari. Sosok besar sepanjang sejarah Islam yang selalu memperjuangkan pendidikan agama di Indonesia.
Dilihat berdasarkan sejarahnya, Kyai Hasyim Asyari lahir
dari keturunan ulama. Sehingga tak salah lagi kalau penanaman ilmu agama sejak
dini ditanamkan oleh orang tuanya. Kepribadian beliau yang bersikap rendah
hati, membuat semua santri didikannya pun terkagum padanya. Berikut akan kami
uraikan bagaimana perjalanan sosok Kyai Hasyim Asyari dalam menuju tujuan
utamanya.
![]() |
Sejarah Kyai Hasyim Asyari |
Sejarah Kyai Hasyim Asyari Berdasarkan Biografi Sampai Perjalanan Menuju Pencapaiannya
Kesuksesan seseorang tercapai ketika ia sudah melampaui
semua perjalanan pahit dalam kehidupan. Sejarah
Kyai Hasyim Asyari sudah tercatat, bahwa perjalanan beliau mencapai suatu
keinginan kuat tidak mudah. Di bawah ini biografi serta perjalanan Kyai Hasyim
Asyari untuk mendapatkan cita-citanya.
Sejarah Kyai Hasyim Asyari Berdasarkan Riwayat Keluarga dan Nasab
KH Hasyim Asyari, beliau ulama besar yang lahir pada tanggal
10 April 1875. Tempat kelahirannya berada di Desa Gedang, salah satu desa di
Kecamatan Jombang, Jawa Timur. Berdasarkan riwayat keluarga beliau, Hasyim
Asyari merupakan anak ketiga dari sebelas bersaudara. Beliau merupakan putra
dari seorang Kyai bernama Asyari. Kyai Asyari sendiri memimpin sebuah pondok
Pesantren Keras.
Jika dilihat silsilah keturunan dari atas, kakeknya seorang Kyai bernama Utsman. Beliau memimpin Pesantren Nggedang yang berada di sebelah utara Jombang. Ibu dari Kyai Hasyim bernama Halimah, dan mempunyai garis keturunan dengan Jaka Tingkir. Ayah dan Kakek beliau memulai penanaman pendidikan Islam dengan kokoh kepada Kyai Hasyim. Sejarah Kyai Hasyim Asyari inilah yang menunjukkan bahwa beliau memang keturunan ulama.
Perjalanan Kyai Hasyim Asyari Menuntut Ilmu Dari Usia Muda
Memiliki jiwa sebagai “guru” dalam diri Kyai Hasyim Asyari
sudah terlihat semenjak beliau kecil. Di antara teman sebayanya, beliau lebih
terlihat unggul dalam memimpin. Di usianya menginjak 13 tahun, Hasyim membantu
ayahnya mengajarkan santri-santri yang usianya lebih dewasa darinya. Menginjak
usia remaja di umur 15 tahun, beliau pun mulai berkelana mencari ilmu dari satu
pondok ke pondok yang lain.
Pada awalnya, Hasyim menjadi seorang santri di Pesantren
Wonokoyo, kota Probolinggo. Kemudian, beliau pindah ke Pesantren PP Langitan,
di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban. Tak lama, pindah menuntut ilmu ke
Pesantren Trenggilis di Semarang. Merasa belum puas mendapatkan ilmu, ia pergi
ke pesantren milik KH Kholil Bangkalan. Sejarah
Kyai Hasyim Asyari perlu kita teladani dan takjub dengan semangat juangnya
mencari ilmu.
Pendidikan dasar yang ditanamkan oleh ayah dan kakeknya tak
membuat semangatnya untuk mencari tahu ilmu menjadi surut. Setelah beliau
menempuh ilmu di berbagai pesantren-pesantren disana, ia mencoba lagi untuk
pindah ke Pesantren Siwalan yang berada di Sidoarjo. Merasa mendapatkan sumber
ilmu Islam yang ia inginkan, beliau menempuh ilmu di pesantren tersebut selama
lima tahun.
Pesantren Siwalan diasuh oleh seorang Kyai bernama Ya’qub.
Kyai Ya’qub merupakan sosok alim ulama yang sudah dikenal luas, terlebih dalam
ilmu agama. Setelah sekian lama Kyai Hasyim Asyari menuntut ilmu disana,
nampaknya Kyai Ya’qub kagum dengan kecerdasan dan kebaikan diri Hasyim. Kyai
Ya’qub mempunyai itikad baik untuk menikahkan puterinya bernama Chadidjah.
Disinilah Sejarah Kyai Hasyim Asyari
memulai kehidupan barunya.
Kyai Hasyim dan istrinya pergi ke Mekkah untuk beribadah
haji. Selama tujuh bulan berada di sana, Hasyim memutuskan untuk kembali ke
tanah air. Karena pada tahun 1901 M terdapat kabar menyedihkan bahwa istri dan
anaknya telah meninggal. Tak lama setelah itu, Kyai Hasyim memutuskan untuk
menikah lagi dengan Nyai Nafiqoh, yang merupakan putri dari Kyai Ilyas. Dari
pernikahan tersebut beliau dikaruniai 10 anak.
Pencapaian Terbesar Hasyim Asyari
Berbekal ilmu agar lebih luas dan bermanfaat bagi umat, di
tahun 1893 silam Kyai Hasyim mengejar pendidikan kembali ke Tanah Suci. Beliau
berguru kepada pengajar besar di Mekkah selama 7 tahun. Guru beliau bernama
Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Sayyid
Abbas Maliki, dan masih banyak lagi. Disinilah Sejarah Kyai Hasyim Asyari tercatat banyak sekali sandaran guru
yang beliau pelajari.
Terhitung setelah 7 tahun lamanya menuntut ilmu, beliau
kembali ke Indonesia tahun 1899. Beliau mencoba mewujudkan mimpinya untuk
mendirikan pesantren di Tebuireng sesudah mengajar di pesantren milik kakeknya.
Tak hanya menjadi seorang ulama ternama, beliau pun sukses menjadi petani dan
pedagang ulung.
Sejarah
Kyai Hasyim Asyari
mencatat, beliau mendirikan organisasi bernama Taswirul Afkar. Pada tahun 1924,
kelompok diskusi tersebut ingin mengembangkan sayapnya agar menjadi organisasi
resmi dan menciptakan lingkup lebih besar. Banyak sekali pertentangan sebelum
organisasi tersebut berdiri. Kyai Hasyim Asyari pun mendapat desakan untuk
menyetujuinya, namun ia pun meminta petunjuk kepada Allah.
Tak lama, terdapat nasihat dari guru besarnya yaitu KH
Kholil Bangkalan dengan pesan dan amanat yang disampaikan. Pesan tersebut
berisi Asmaul Husna dan Q.S Thaha yang ternyata mampu memberi jawaban tepat
bagi KH Hasyim Asyari. Akhirnya, pada tanggal 16 Rajab 1344 atau 31 Januari
1926 M organisasi Taswirul Afkar resmi didirikan. Organisasi tersebut berganti
nama menjadi NU (Nahdatul Ulama).
Kemuliaan Hati Serta Perjuangan Kyai Hasyim Asyari Yang Perlu Diteladani
Memiliki pemahaman dalam ilmu yang tinggi, tak membuat diri
seorang Hasyim Asyari sombong sedikit pun. Beliau berguru kepada KH Kholil
Bangkalan, tetapi tetap bersikap rendah hati kepada gurunya. Sikap ini bahkan
ditunjukkan oleh keduanya. KH Hasyim Asyari dan KH Kholil Bangkalan saling
menghormati dan merendahkan diri satu sama lain. Hal yang jarang sekali ditemui
dan menjadi hal berharga dalam Sejarah
Kyai Hasyim Asyari.
Terdapat satu kisah dalam Kyai Hasyim Asyari yang bisa
menjadi pelajaran berharga bagi para penuntut ilmu. Saat beliau berguru pada KH
Kholil, ia rela untuk melakukan suatu hal yang mungkin aneh bagi umumnya. Saat
itu, KH Kholil merasa sedih karena cincinnya terjatuh ke tempat pembuangan
akhir. Kyai Hasyim pun dengan suka rela membantu beliau mencarikan cincin sang
Kyai.
Dengan rasa hormat dan sayang dalam diri beliau kepada
gurunya, ia segera masuk ke tempat pembuangan akhir tersebut. Ia mengeluarkan
seluruh isinya dan mengurasnya, sampai badan beliau penuh dengan kotoran.
Akhirnya, cincin beliau pun ditemukan. Alangkah bahagianya KH Kholil atas apa
yang dilakukan oleh Kyai Hasyim dengan sikap suka relanya selama ini. Inilah Sejarah Kyai Hasyim Asyari yang perlu
diteladani.
Demikianlah uraian Sejarah Kyai Hasyim Asyari yang penting
sekali untuk kita ketahui. Keteladanan dalam diri beliau patutlah menjadi
motivasi bagi diri kita sebagai pelajar. Seorang ulama besar wajib menghormati
guru, walau pun ilmu sudah berada di atasnya. Kyai Hasyim Asyari meninggal
dunia pada 25 Juli 1947 dan dikebumikan di Tebuireng.
Posting Komentar untuk "Sejarah Kyai Hasyim Asyari, Pendiri Jamiyah Terbesar di Indonesia Hingga Kini"