Tokoh Alim Ulama Besar dari Banjar Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
aldanpost - Tokoh Alim Ulama Besar dari Banjar Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari - Syekh Muhammad Arsyad merupakan seorang tokoh alim ulama besar yang berasal dari Tanah Banjar. Beliau juga dikenal dengan sebutan Datuk Kelampayan yang telah melahirkan nasab para ulama besar di Kalimantan Selatan. Seperti halnya Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul yang kini menjadi contoh atau teladan bagi warga di Tanah Banjar itu sendiri.
Jika
membicarakan sang ulama besar, ada banyak kisah sejarah yang menarik untuk
diulas seperti perjalanan hidup yang beliau lalui. Seperti ketika mengulas
mengenai masa kecilnya, Muhammad Arsyad muda melewatkan masa kecilnya di desa
Lok Gabang, Martapura yang menjadi tempat kelahirannya.
![]() |
Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari |
Mengenal Tokoh Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
Pendidikan Muhammad Arsyad muda
Syekh Muhammad Arsyad
Al Banjari
adalah seorang tokoh yang memiliki kecerdasan dan sudah terlihat sejak masih
kecil, melebihi dari teman temannya. Bahkan akhlak dan budi pekerti Muhammad
Arsyad muda sangatlah halus dan sangatlah menyukai keindahan.
Salah
satu kepandaian Muhammad Arsyad muda adalah di bidang seni lukis dan seni tulis
yang bisa membuat siapa saja kagum dan terpukau dengan hasil lukisannya. Hal
ini juga terjadi ketika Sultan Tahlilullah yang sedang melakukan kunjungan ke
kampung Lok Gabang.
Sang
sultan tampak terpana melihat hasil lukisan dari Muhammad Arsyad yang masih
berusia 7 tahun, namun mampu membuat lukisan seperti itu. Karena hal ini,
Sultan akhirnya meminta pada orangtua nya supaya Muhammad Arsyad muda muda
diperbolehkan tinggal di dalam istana untuk menempuh pendidikan bersama dengan
para anak dan cucu Sultan.
Di
sinilah, Muhammad Arsyad muda tumbuh menjadi seorang anak yang memiliki akhlak
mulia, sangat ramah, penurut, serta sangat hormat pada orang yang lebih tua
darinya. Sehingga seluruh penghuni istana sangat menyayangi Muhammad Arsyad
muda dengan kasih sayang, serta Sultan sangat memperhatikan pendidikannya.
Karena
sang Sultan menaruh harapan besar pada Muhammad Arsyad muda agar kelak mampu
menjadi seorang pemimpin yang alim. Muhammad Arsyad muda memperoleh pendidikan
penuh di Istana hingga usianya menginjak 30 tahun dan akhirnya menikah.
Perjalanan
Syekh
Muhammad Arsyad Al Banjari Pendidikan ke Mekah
Di
usianya yang ke 30, Muhammad Arsyad dinikahkan dengan seorang perempuan yang
namanya adalah Tuan Bajut dan tidak berselang lama dikaruniai anak. Kala itu,
Muhammad Arsyad punya keinginan yang besar untuk bisa menempuh pendidikan dan
mencari ilmu di tanah suci Mekkah dan menyampaikannya pada sang istri tercinta.
Beliau
menyampaikannya meski dengan berat hati, karena usia pernikahan yang masih muda
dan tengah hamil. Sang istri mengamini keinginan suci sang suami, lantas
mendukung Muhammad Arsyad dalam meraih cita-cita dengan penuh deraian air mata
dan juga untaian doa.
Setibanya
di Tanah Suci, beliau mengaji pada syaikh terkemuka untuk menjadi gurunya,
yakni Syekh ‘Athaillah bin Ahmad al-Mishry dan juga al-Faqih Syekh Muhammad bin
Sulaiman al-Kurdi. Beliau juga berguru pada al-‘Arif Billah Syekh Muhammad bin
Abdul Karim al-Samman al-Hasani al-Madani dalam pendidikannya di Mekkah yang
merupakan guru di bidang tasawuf.
Di
bawah bimbingan beliau lah, Muhammad Arsyad melakukan khalwat dan suluk, hingga
akhirnya berhasil meraih ijazah dan memperoleh kedudukan sebagai seorang
khalifah. Adapun tokoh tokoh lain yang juga beliau jadikan guru atau
pembimbing, yakni l Syekh Muhammad Murtadha bin Muhammad az Zabid dai dan
lainnya.
Ada
juga ulama lain seperti Syekh Hasan bin Ahmad al Yamani, Syekh Shiddiq bin Umar Khan, Syekh Abdullah
bin Hijazi asy Syarqawy, Syekh Salm bin Abdullah al Basri, Syekh Abdurrahman
bin Abdul Aziz al Maghrabi dan masih banyak lainnya. Para ulama lain yang juga
pernah menjadi guru Muhammad Arsyad seperti Syekh Abdurrahamn bin Sulaiman al
Ahdal dan Syekh Abdurrahman bin Abdul Mubin al Fathani, serta masih banyak
ulama lainnya.
Munculnya Empat Serangkai
Saat
menimba ilmu di Masjidil Haram Makkah, Syekh
Muhammad Arsyad Al Banjari berjumpa dengan tiga santri yang sama sama
tengah menuntut ilmu di sana. Mereka ber 3 adalah Syekh Abdul Wahab Bugis,
Syekh Abdussamad al-Falimbani, serta Syekh Abdurrahman Misri al-Jawi yang
akhirnya menjadi sahabat. Hingga kini, mereka lah yang kemudian dikenal sebagai
anggota dari Empat Serangkai.
Setelah
Muhammad Arsyad menuntut ilmu di Mekkah dan Madinah, timbullah keinginan beliau
untuk pergi menempuh pendidikan ke negeri Mesir dan disampaikan lah niat ini
kepada guru mereka. Namun sang guru menyarankan supaya mereka ber 4 kembali dan
pulang ke tanah Jawa Indonesia agar bisa berdakwah di tempat kelahirannya.
Karena
saran dari sang guru, ke4 santri ini akhirnya kembali ke Nusantara untuk
berdakwah dan menuju kampung halamannya masing masing. Namun sebelumnya, mereka
ber4 singgah terlebih dahulu di Sumatera tepatnya di Palembang. Mereka
mengunjungi kampung halaman dari Syekh Abdussamad Al Falimbani, lalu perjalanan
lanjut ke Betawi yang merupakan kampung halaman Syekh Abdurrahman Misri.
Ketika
berada di sini, Syekh Muhammad Arsyad diminta agar menetap beberapa saat supaya
mengajarkan pendidikan agama pada masyarakat Betawi. Ketika beliau di Betawi,
terjadi satu peristiwa penting saat Syekh Muhammad Arsyad membetulkan di mana
arah kiblat beberapa masjid yang ada di sana. Masjid masjid tersebut adalah
Masjid Luar Batang, Masjid Jembatan Lima, serta terakhir Masjid Pekojan Betawi.
Mengenang
adanya peristiwa tersebut, maka masyarakat Betawi khusunya di sekitar Masjid
Jembatan Lima memberikan tulisan agar selalu diingat. Tulisan berada di atas
sebuah batu menggunakan aksara arab melayu (tulisan jawi) yang saat itu banyak
digunakan oleh masyarakat. Tulisan berisi mengenai pembetulan arah kiblat
masjid Masjid Jembatan Lima yang sudah diputar ke arah kanan kurang lebih 25
derajat.
Peristiwa
yang dilakukan oleh Muhammad Arsyad ini terjadi pada tanggal 4 Safar 1186
Hjiriyah. Setelah tugas mereka di Betawi selesai, Syekh Muhammad Arsyad dan
juga Syekh Abdul Wahab Bugis kembali berlayar untuk menuju ke kampung halaman
Syekh Muhammad Arsyad yang ada di Martapura, Banjar.
Tiba di Kampung Halaman
Muhammad
Arsyad ditemani Syekh Abdul Wahab Bugis tiba di kampung halaman di Martapura
bulan Ramadhan 1186 Hijriyah dan bertepatan pada 1772 Masehi. Kala itu, kampung
halaman Syekh Muhammad Arsyad tengah menjadi pusat Kesultanan Banjar pada masa
beliau kembali. Namun setibanya di sana, Sultan Tahlilullah yang dulunya sudah
banyak membantu beliau ternyata telah wafat.
Posisinya
digantikan oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I yang juga
merupakan cucu dari Sultan Tahlilullah yang dulunya memerintah Kesultanan
Banjar. Sang Sultan memiliki perhatian lebih dalam hal perkembangan dan
kemajuan ilmu agama Islam di dalam kerajaan yang ia pimpin.
Sehingga
untuk menyambut datangnya Syekh Muhammad Arsyad, Sultan Tahmidullah II
menggelar upacara adat kebesaran dan para rakyat pun memuji beliau sebagai
seorang alim ulama. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dikenal dan
mendapat julukan sebagai Matahari Agama yang bermakna cahaya nya diharapkan
agar mampu memberikan sinarnya di seluruh Kesultanan Banjar.
Posting Komentar untuk "Tokoh Alim Ulama Besar dari Banjar Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari"